Kamis, 24 November 2011

cerpen

Terimalah Aku Apa Adanya Jangan Ada Apanya
“Braak!!”  mendadak aku dikagetkan oleh gubrakan kaca rias yang jatuh dari buffet sebelah kasurku. Ah..mengganggu tidurku saja, gumamku dalam hati. “Klik !” ku nyalakan lampu kamar dan ternyata masih pukul 11.30 malam. “Tik..tok..tik..tok..” suara jarum jam beradu terdengar  jelas olehku. 5 meint, 6 menit sampai 10 menit, rasanya mimpiku semalam tak ingin aku jemput kembali. Mimpi yang menyenyaknya tidur malamku. Tadi aku memimpikan Armi. laki-laki yang aku puja kurang lebih 2 tahun selama aku duduk dibangku SMP. Parasnya tidak terlalu tampan. Tapi Ia mempunyai daya tarik tersendiri untuk menjadikan para wanita mengaguminya, terbilang pintar, sopan terhadap guru dan terlebih rajin sholat. Anugerah bagiku karena memiliki pacar  seperti Dia.
Tidurku semalam tak puas rasanya. Seperti biasanya, kalau aku bangun telat, Ibunda pasti membangunkanku.
 “kak, bangun. Sudah siang. Katanya mau ambil ijazah.” Jelas Ibundaku sambil menepuk badanku. Hampir aku lupa kalau siang ini aku ada pembagian ijazah di sekolahku. Kurang lebih 1 minggu ini, aku mengurus surat-surat kelulusan sekolahku. Dengan banyaknya aktifitas, ada Ibunda yang selalu mendukungku. Ibu Tutik namanya. Beliau orang tua yang selalu sabar dalam mendidik anak-anaknya. Apalagi anak pertamanya yang terbilang susah di atur, yaitu aku. Namaku Oviya Aurelta Pratiwi. Aku tinggal bersama keluarga yang menyayangiku. Aku dilahirkan dari keluarga yang berkecukupan. Tidak kurang ataupun lebih. Karena sekarang sudah pukul 09.34, secepatnya aku mempersiapkan diri untuk berangkat ke sekolah.
“Hei vi, kemana aja kamu ? jam segini baru nongol.” sapa sahabatku.
“hehe..aku lupa kalau hari ini sekolah.” Jawabku cengengesan.
Hari ini aku belum melihat Armi sedikitpun. Rasanya kursi-kursi di kelasku tidak mau aku tempati sebelum aku melihatnya.
 “Ovi ! ngapain dipinggir pintu kayak gitu ?kayak orang nunggu angkot aja kamu.” Sentak teman sebangkuku. Belum tenang menunggu Armi, mandadak ponselku bergetar dengan sebuah amplop kuning kecil bertuliskan “Bebeb”. Ternyata sms dari orang yang aku tunggu.
heii,,maaf Q bru ngsi kbr k Qm cz kmren Q ada urusan. Jgan mrah ya syg,,oiya hari ini aku ga bsa msuk sculla,,ad acra kluarga. Qm jga dri baik2 ya..thaa bebiiku”
Itulah isi pesan singkat dari Armi. Belum sempat aku membalasnya, terlihat wali kelasku berjalan menuju kelas dengan membawa setumpuk map biru. Aku pun bergegas mengambil posisi duduk.
Satu persatu wali kelasku membagikan map yang berisikan ijazah kepada anak didiknya. Seperti yang sering dilakukan siswa, agar  tidak jenuh aku asyik bercakap dengan teman sebangkuku.
“mm..menurut kamu, kalu nanti SMA aku gak satu sekolah sama Armi lagi, gimana?” tanyaku dengan lirih. Belum sempat aku mendapat jawaban, pertanyaanku tidak di hiraukan  terlebih malah ditinggal lari menuju kursi guru untuk mengambil ijazah yang telah dibagikan.
“Ah..menyabalkan !”  ucapku lirih dengan menggigit gigi-gigiku.
“sorry vi, tadi kamu ngmong gak aku dengerin. Lagian kamu sich ngajak aku ngobrol pas waktunya namaku di panggil. Eh, tadi Tanya apa ?” balasnya polos
“enggak, gak  jadi.” jawabku kesal.
“ya uda.” Balasnya cuek. Setelah aku mendapat ijazah, aku langsung izin kepada wali kelas karena mandadak Ibunda menyuruhku pulang. Mungkin ada urusan keluarga.
                                                ^^^
Pembagian ijazah kemarin hasilnya sungguh mengecewakan untukku. Kemungkinan besar SMA ini aku tidak lagi satu sekolah dengan Armi. Dengan keadaan berjauhan, apa hubungan kita masih bisa bertahan ?. aku selalu bertanya-tanya pada diriku sendiri tentang semua itu.
Di sekolah, hampir sebagian besar  teman perempuanku enggan berteman denganku. Hanya karena aku berpacaran dengan Armi. Tidak hanya teman satu kelasku yang iri. Siswa kelas lain pun juga.
Seperti biasanya, siang ini disekolah kegiatanku nganggur. Daripada berdiam diri, aku menuju kantin sekolah.
“ke kantin yuk ?” ajakku pada sahabatku.
“lagi ga mood vi. Kamu duluan aja.”:balasnya tersenyum
 “o..ok!” sahutku. Belum sampai dikantin, aku sudah mendengar omangan yang tidak menenangkan hati. Di jalan menuju kantin, aku melihat Andin dan gengnnya. Sedang enak-enaknya memilih makanan di kantin, aku mendengar percakapan mereka secara tak sengaja.
“seneng banget aku hari ini. Tau gak, Armi kemarin sms aku.” Curhat Andin pada ceesnya.
“oiya? Uagh..awas ada yang marah lo nanti kalau ketauan pacarnya Armi, gimana kamu ?”
“ah..Dia bilang kalau belum punya pacar kok.” Sahutnya kalem.
“loch,  bukannya Dia pacarnya Ovi ya ? itu teman satu kelasnya.” Balas temannya.
Mendengar perbincangan mereka, rasanya dadaku sesak. Segera saja aku meninggalkan kantin sebelum terdengar omongan tak enak lagi tentang Armi. Sepanjang perjalanan menuju kelas, yang ada di benakku hanya kata-kata Andin dan ceesnya tadi. Belum sampai kelas, ada saja yang menambahi resahku. Aku dengar dari anak kelas 8, katanya Armi menelponnya hampir setiap hari. Dengan berusaha tak mendengar, aku mempercepat langkah kakiku menuju kelas. Menghabiskan  jam kosong di kelas sambil melahap jajanan kantin yang terbeli olehku sampai bunyi bel sekolah berdering mengakhiri jam sekolah.
                                                ^^^
Siang hari biasanya aku istirahat di kamarku. Tetapi tidak untuk siang ini. Apa yang sebenarnya terjadi pada Armi ?. apa aku harus percaya dengan semua yang telah aku dengar  di sekolah tadi ?. Sesering mungkin kalau hatiku gundah seperti ini, aku selalu pergi di sekolah TK ku yang letaknya cukup jauh dari rumahku dan juga keramaian. Tanpa ragu,aku menuju kesana. Aku selalu duduk di bawah pohon mangga yang rindang sambil memandangi taman bunga yang ada di depannya tepat. Sedang asyiknya melihat bunga, aku dikagetkan  suara dari atas pohon.
“sst ! siang gini kok ngelamun ?diputusin pacarnya ya ?” tanyannya
“siapa kamu ?” balasku dengan mendongakkn kepala keatas pohon. Tiba-tiba Ia turun dari pohon dan mengulurkan tangannya kearahku.
“kenalin, aku kevin.”
“anak sini juga ? kok gak pernah lihat kamu ya ?” sahutku dengan memandangnya
“enggak, aku tinggal di Singapura. Disini aku ada acara keluarga aja. Oiya, nama kamu ?” tanyanya balik. Belum sempat membals pertanyaan laki-laki itu, mendadak Ia mendapat telpon. Tanpa pamit, Ia langsung berlari menjauhiku. Ditengah larinya, Ia menoleh ke arahku dan berkata
 “hei, aku berharap kita bisa betemu lagi !thaa cantik.” teriaknya. Ia laki-laki yang tampan yang pernah aku temui.             
                                                ^^^           
Malam ini sabtu malam minggu. Aku sedikit lega karena Armi mengajakku hang out. Dia sudah mengikat janji kepadaku untuk datang menjemputku di rumah. Sedang asyiknya berdandan, tiba-tiba bel rumahku berbunyi. Aku segera bergegas lari keluar menuju pintu rumah untuk mengetahui siapa dibalik pintu.
“hay..masih ingat denganku ?” tanyanya dengan senyum manis.
Ya ampun, ternyata itu Kevin. Padahal aku berharap itu Armi. Tanpa basa-basi, aku langsung membuka percakapan dengan nada ketus.
“salah tujuan ya ?” balasku dengan nada penasaran
“enggak kok. Ini rumah Oviya yang kemarin ketemu di TK ?” balasnya dengan mata melotot. Belum sempat aku mempersilahkan Kevin masuk, Armi datang. Aku dan Kevin melihat kearah Armi yang maih sibuk menempatkan sepada motornya. Dan saat Armi menoleh kearah rumahku….mendadak Ia langsung menyalakan mesin sepeda motornya dan “wussshh !” berlalu begitu saja.
“loch, Armi !” teriakku sambil berlari menuju jalan dimana Armi berlalu. Aku tidak mampu mencegahnya pergi. Akhirnya aku kembali menemui Kevin yang masih berdiri di depan pintu rumahku.
“barusan siapa ? pacar kamu ya ?” Tanya Kevin penasaran
“e..iya.” jawabku gugup.
“kok aneh gitu sich ? datang terus pergi lagi.” Balasnya.
Otomatis, hari ini aku gagal bertemu dengan Armi. Kali ini bukan karena Armi ada urusan, melainkan gara-gara laki-laki cakep tapi aneh ini. Si Kevin !. setelah memerusak acaraku, e..Dia membalikkan badan dan meninggalkan rumahku dengan senyum tipisnya. Benar-benar menguji kesabaranku. Dasar laki-laki freak !. Beberapa menit kemudian, aku menerima pesan singakt dari Armi.
kya’nya hbungan qt ga bsa dtruzin ! di belakangku ternyata kamu ada cwok lain ! penghianat ! inget, sampai kapanpu aku gak akan biarin kamu bahagia !”
Apa salahku ?. Dengan modal salah paham, Dia mengakhiri hubungannya denganku begitu saja. Apalagi dengan mngatai kalau aku tidak akan bisa bahagia. Harus bagaimana ini ?.
3 bulan kemudian, aku sudah duduk di bangku SMA. Teman baru, seragam baru tapi tidak dengan perasaanku. Sampai saat ini aku masih hanyut dalam perihnya hatiku karena kepergian Armi dari sisiku. Aku sempat berpikir, kalau ini semua akan membawa kehidupan baru untukku. Ternyata tidak sama sekali. Aku jenuh dengan semua ini. Setelah jam sekolah berakhir, aku berencana pergi ke TK untuk menenangkan diri.  Letak TK dengan SMAku tidak terlalu jauh. Cukup menyeberang dan berjaln 1km. sewaktu menyeberang, pikiranku kosong dan itu memancing musibah untukku sendiri.
“brrukk !” aku tertabrak pengendar sepeda motor. Dan karena kejadian itu, sekarang kakiku tidak bisa berjalan sempurna. Semenjak itu, tak ada lagi laki-laki yang melirikku. Bahkan temanku SMP yang sekarang kebetulan stu kelas denganku pun enggan berteman denganku.
 “Ndin, apa salahku sama kalian semua, khususnya kamu? Kenapa temen-teman benci aku kayak gini ?”. tanyaku sedih.
 “uda dech vi, mendingan kamu jujur aja kalo kamu itu sebenernya uda gak virgin kan ? itu sababnya anak-anak gak ada yang mau temenan sama kamu !”. jelas Andin kalem seperti meledekku.
“ maksud kamu apa ? jaga ya mulut kamu ! aku gak pernah nglakuin hal sampe’ begitu jauh ndin ! kamu pikir aku pernah nglakuin itu sama Armi maksudmu ?” balasku kesal.
“ya..sama siapa lagi vi kalo gak sama Armi. Dia kan pacar kamu.” Ledeknya centil.
aku heran, padahal selama berteman dengannya, aku selalu membantu Andin setiap Dia ada masalah dengan keluarganya. Aku juga tidak pernah menceritakan aib  keluarganya tapi kenapa mendadak Andin memfitnahku seburuk itu ?. ya Tuhan, aku hanya bisa berdo’a untuk meminta kesabaran yang leih dalm menjalani semua ini.
Suatu ketika, di sekolah ada acara olimpiade matematika dengan hadiah beasiswa ke Singapura. Tanpa fikir untuk kedua kalinya, akupun ikut lomba olimpiade itu. Waktu demi waktu aku lewati, hingga pada saatnya pengumuman pemenang lomba olimpiade itu. Aku menunggu pengumuman itu dengan perasaan yang was-was dan pastinya tidak tenang sama sekali. Pengumuman juarapun diumumkan, aku berdo’a agar bisa mendapatkan juara untuk membuktikan kepada teman-temanku kalau aku bisa.
“dag..dig..dug..duarr !” jantungku heboh dengan sendirinya. Juara 3, 2 tak ada namaku yang disebut. Mungkin namaku tidak terselip diantara juara-juara olimpiade itu. Mendadak aku pesimis. Tapi ternyata…
“dan..yang memendapat beasiswa Singapore, yaitu…nomor peserta 009,,iya aurelta !”
“yee!” ucapku senang. Do’aku terkabulkan. Terima kasih Tuhan . Besok pagi dengan ditemani salah satu guruku, aku berangkat memenuju negeri singa.
          Dan hari yang aku nanti telah tiba. aku bersiap untuk berangkat ke Singapura. Orang tua dan guru-guruku ikut mengantarku ke Bandara. Aku berangkat pukul 12.30 dan perkiraan sampai disana pukul17.45, tak terasa perjalananku ke Singapura telah usai. disana aku disambut dengan  Kepala University terkenal di Singapura. Rasanya lebih indah dari mimpiku tentang Armi, karena seumur hidup baru pertama ini aku diperlakukan seperti seorang Ratu.
“ Selamat datang di Universitas kami” .sambut Kepala Universitas ramah.
“terima kasih  Pak atas sambutan kedatangan kami disini.”
          Aku diajak keliling untuk melihat keadaan yang ada di Universitas terkenal itu. Sampai disalah satu pojok taman yang sangat indah sekali, aku melihat sosok laki-laki mengerudungkan  jaket kuningnya sedang membaca buku dengan asyiknya. Siapa dia?.
          Tak terasa hari telah sore, akupun pulang menuju Hotel tempatku menginap. Keesokan harinya, dengan percaya dirinya, aku berangkat ke Universitas baruku dengan menaiki bis jemputannya. Sampai disekolah, aku menuju kelas baruku. Teman-temanku menyambutku dengan penuh keramahan. Aku tidak menyangka, ternyata aku satu kelas dengan laki-laki  yang pernah aku lihat dengan jaket kuningnya kemarin. Aku belum tahu paas. Mengenal sifatnya dari teman lain, ujar mereka dia anak yang sombong disini. Ternyata, banyak teman-temanku yang tidak suka dengannya. Tapi aku tidak sependapat dengan mereka. Aku menganggapnya anak yang supel, keren.
“teet..teet !” bel tanda pelajaran dimulai. Aku mengambil posisi duduk tepat dibelakang laki-laki misterius itu. Dan.. Ya Allah ! Dia seperti Kevin. Orang yang pernah merusak hubunganku dengan Armi.
“hai, masih ingat denganku oviya aurelta ?” tanyanya dengan membalikkan badan kearahku.
“Kevin ?” jawabku ragu.
“sebuah keajaiban bisa bertemu kamu disini.” Balasnya dengan mambalikkkan badan.
“apa kamu bilang ?” balasku heran. Belum mendapat balasan pertanyaan, dosen sudah datang dan siap untuk menyampaikan materinya.
Tak terasa, sudah hampir 2  bulan aku mengenyam pendidikan di Universitas ini. Sampai akhirnya, ada acara malam vestival diUniversitas. Aku bingung harus datang dengan siapa, karena dalam acara itu, kita harus datang berpasangan. Tak lama, Kevin menghampiriku.
“hei, malam vestival nanti, mau dating denganku  ?”. tanyanya dengan memainkan matanya.
“kamu gak malu jalan sama aku ? sekarang kakiku gak kaya’ dulu lagi yang bisa berjalan sempurna.” Balasku sesal.
“enggak kok. Aku uda tau semuanya dan itu semua bukan alasanku untuk gak nisa jal;an berdua dengan kamu kan ?” sahutnya menyemangatiku.
Malam vestival tiba, Kevin menjemputku dengan penampilan yang rapi, berbau harum dan pastinya keren sekali. Semua mata tertuju pada kami saat kami datang. Vestival berjalan mengasyikkan bersama Kevin. Mendadak Kevin mengajakku keluar dan mengakhiri vestival ini.
“balik sekarang yuulk ?” ajaknya
“ngapain ?nanggung kev, bentar lagi juga vestivalnya kelar.”
“uda lah, aku pengen ngmong sama kamu.”
Ngomong apaan sich ? ya uda disini aja ngomongnya.”
“Ah..gak enak vi. Kurang romantic.” Balasnya dengan menarik tanganku untuk pulang
“ha ? emang mau ngomong apaan sich ? harus ditempat yang romantic ya ngomongnya ?”tanyaku penasaran
“ya uda dech ngomongnya disini aja lah. Gini, aku suka sama kamu.” Katanya pelan.
“apa? Gak lucu tau! Uda lah masuk yuuk.” Ajakku
“vi, aku serius. Kamu mau jadi cewekku?”tanyanya dengan memegang tanganku.
“apa kamu tidak malu punya pacar sepertiku ?balasku dengan nada lirih “vi, aku sayang sama kamu tulus. Aku terima kamu apa adanya vi, bukan karna ada apanya.” balasnya menyakinkan.
“kamu beneran sayang sama aku kev ?” tanyaku serius
“yea..I really love you and always stay in your heart forever.” 
“gombal banget tau !” balasku dengan pipi merah.


ERIS YUSSI SOFIYATI

0 komentar:

Posting Komentar